selamat Datang

silahkan baca,,silahkan ambil ilmunya semoga bermanfaaat..

Selasa, 26 April 2011

Budidaya Tanaman Khenaf

A. Pendahuluan
Kenaf merupakan tanaman asli Afrika, di negara-negara selatan Sahara, Hibiscus cannabinus merupakan tanaman liar yang umum dan secara luas ditanam sebagai tanaman sayuran dan serat. Angola kemungkinan menjadi pusat tanamn asli yang pertama,tetapi keragaman morfologi terbesar ditemukan di Afrika Utara. Baik kenaf maupun rosella (Hibiscus sabdariffa L.) temukan pertama pada awal abad 4000 SM di Sudan, dibawa ke India tidak diketahui waktunya.
Negara penghasil kenaf terbesar adalah Bengal Barat dan daerah pantai sepanjang Visakhapatnam (Andhra Pradesh) dan Madras (Tamil Nadu). Kenaf dikenalkan ke Indonesia dari India pada tahun 1904. Program budidaya Kenaf secara ekstensif dimulai pada tahun 1920an di daerah Caucasus Federasi Rusia (USSR) dan dari sana dibawa ke China pada tahun 1935. Produksi Kenaf juga dimulai setelah tahun 1945, misalnya di Amerika Serikat, Kuba dan Amerika Selatan. Sekarang Kenaf telah menyebar luas di daerah tropik dan subtropik, sebagai tanaman serat. Di Malyasia ditanam sebagai pengganti tembakau untuk mengurangi produksi rokok.
Taksonomi Tanaman Kenaf Tanaman kenaf memiliki taksonomi sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotylledoneae
Ordo : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Spesies : Hibiscus cannabinus L.
Kenaf mempunyai adaptasi yang lebar terhadap iklim dan tanah. Tanaman ini tumbuh pada 45°N dan 30°S. Tanaman Kenaf toleran terhadap variasi temperatur harian antara 10°C dan 50°C, tetapi mati oleh salju. Tanaman ini tumbuh terbaik pada temperaur harian diatas 20°C dan curah hujan bulanan rata-rata 100—125 mm. Kondisi ini ditemukan selama musim hujan di daerah tropik dan musim panas di daerah subtropik.
Kenaf merupakan tanaman berhari pendek: meskipun beberapa kultivar meninggalkan bagian vegetatifnya sampai periode pencahayaan turun dibawah 12,5 jam. Beberapa kultivar ditanam pada 20°N, kemudian tidak mulai berbunga pada awal September. Pada latitude yang lebih tinggi, kebiasaan berbunga lebih lambat, pada daerah equator, tanaman berbunga lebih awal dan mencapai tinggi yang tidak mencukupi, kecuali kultivar yang ditanam adalah photo-insensitive.
Kenaf dapat tumbuh pada berbagai tanah, tetapi paling baik pada tanah lempung aluvial atau kolluvial berpasir, dengan pH 6—6.8. Tanaman ini toleran terhadap garam, tetapi sensitif terhadap hilangnya air.
Morfologi Kenaf, merupakan herba tegak, satu tahunan, tinggi tumbuhan liar mencapai 2 m, jika ditanam mencapai 5 m. Batang pipih, silindris, pada tanaman budidaya tidak bercabang dan gundul, pigmentasi seluruhnya hijau, hijau dengan merah atau ungu ataupun seluruhnya merah, kadang separo dibawah hijau dan separo diatas berpigmentasi.
Daun berseling, stipula filiform, panjang 5—8 mm, berambut, panjang tangkai daun 3—30 cm, pada bagian adaksial berambut rata dan pada bagian abaksial berbulu tegak, berwarna hijau hingga merah; helaian daun berukuran 1—19 cm x 0.1—20 cm, pangkal daun meruncing sampai bentuk jantung, tepi beringgit atau bergigi, ujung daun meruncing, permukaan atas gundul, permukaan bawah berambut sepanjang urat daun. Bunga axiler, soliter atau kadang berkelompok dekat ujung, biseksual, diameter 7.5—10 cm; kelopak menggenta, berwarna hijau, berbulu tegak, mahkota besar dan terlihat, biasanya berwarna krem hingga kuning dengan merah pada pangkal dalamnya, terkadang biru atau ungu. Buah bulat telur, tipe kapsul, 12—20 mm x 11—15 mm, berambut lebat, mengandung 20—25(—35) biji. Biji bentuk ginjal hingga triangular dengan sudut runcing, 3—4 mm x 2—3 mm, berwarna keabuan atau coklat-hitam dengan titik kuning menyala.
B. Prospek Tanaman Khenaf
Kegunaan serat kenaf yang kering, digunakan dalam pembuatan tekstil kasar seperti, pakaian hessian dan karung untuk mengemas komoditas pertanian dan industri, juga dibuat menjadi benang, tambang dan benang sepatu. Bijinya dapat dimakan dan dapat digunakan sebagai pupuk alami.
Kenaf (Hibiscus cannabinus L) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peluang besar untuk menghasilkan devisa. Hampir seluruh komponen tanaman dapat digunakan sebagai bahan baku industri, seperti: Daun : pakan ternak, pupuk organic, makanan anak-anak (jelly)
Kayu : briket bahan bakar, perangkat rumah seperti daun pintu, kusen, jendela, particle board Serat : pulp dan kertas, geotekstil, doortrim, fibre drain, karpet, hardboard, handicraft. Biji : minyak goreng, farmasi, kosmetik
Keunggulan komoditas kenaf adalah: berumur pendek (4-5 bulan), mampu beradaptasi di berbagai lingkungan tumbuh marjinal, seperti lahan banjir (bonorowo), podsolik merah kuning, gambut dan tadah hujan. Gangguan hama dan penyakit sedikit dan biaya produksi rendah. Di samping multiguna, kenaf juga termasuk komoditas ramah lingkungan karena mudah terdegradasi dan selama pertumbuhannya dapat menangkap karbondioksida (CO2) di udara sehingga dapat mengurangi pencemaran udara (Eko, 2010).
C. Budidaya Tanaman Khenaf
a. Persyaratan Tumbuh
Kenaf dapat tumbuh hampir pada semua tipe tanah, tetapi tanah yang ideal untuk kenaf yaitu tanahlempung berpasir atau lempung liat berpasir dengan drainase yang baik (Dempsey, 1963). Sebagai petunjuk, bila tanah cocok untuk tanaman jagung, berarti juga cocok untuk kenaf. Kenyataannya pengembangan kenaf juga berada di daerab pertanaman jagung. Pada umumnya petani menanam kenaf secara tumpang sari atau tumpang sisip dengan jagung. Kenaf agak tahan kekeringan, namun karena seluruh bagian vegetatifnya (batang) harusdipanen pada umur 3,5-4 bulan, maka ketersediaan air selama pertumbuhan harus cukup. Kebutuhan air untuk kenaf sebesar 600 mm selama empat bulan (Iswindiyono dan Sastrosupadi, 1987). Kisaran pH cukup luas, yaitu dari 4,5-6,5 sehingga kenaf dapat tumbuh baik di tanah yang agak masam, antara lain di lahan gambut, khususnya untuk varietas He G4.
Drainase pada stadia awal pertumbuhan harus baik, meskipun pada stadia lanjut kenaf dapat tumbuh dalam keadaan tergenang. Di daerab banjir waktu tanam harus diatur sedemikian rupa sehingga pada waktu mulai tergenang tanaman paling sedikit sudah berumur dua bulan. Dengan cara tersebut kenaf masih dapat menghasilkan serat cukup tinggi. Tanaman semakin tua semakin tahan terhadap genangan.
Iklim
Curah hujan yang dikehendaki oleh kenaf selama pertumbuhannya sebesar 500-750 mm atau curah hujan setiap bulan 125-150 mm (Berger, 1969; Sinha dan Guharoy, 1987; Dempsey, 1963). Bila curah hujan kurang dari jumlah tersebut, umumnya perlu dibantu dengan pengairan dari irigasi maupun pompa.
b. Pengadaan benih bermutu
Pengadaan benih sebar harus berkesinambungan, setiap tahun harus tersedia sesuai dengan areal tanaman serat. Dalam situasi seperti ini, selain jumlab benih, maka mutu benih (mutu genetis, fisis, dan fisiologis) perlu ditangani dengan sungguh-sungguh. Sampai saat ini Balittas masih sanggup menyediakan benih dasar, selanjutnya penangkaran menjadi benih pokok dan sebar menjadi tanggung jawab pihak pengelola. SebeIum ada pihak yang berhak mengeluarkan sertifikat benih, Balittas ditunjuk untuk melaksanakan sertifikasi benih dengan dukungan dana dari pengelola. Untuk keperluan ini Balittas sejak awal harus terlibat langsung, khususnya dalam penyelenggaraan kebun penangkar benih. Dari benih yang bermutu akan memperoleh produktivitas serat yang tinggi meskipun harga benih menjadi lebih mahal.daripada harga sekarang yaitu Rp1.250/kg. Sebagai imbalannya, pemakaian benih per hektar berkurang dan dapat dijamin produktivitas seratnya lebih tinggi. Pada Tabel 1 disajikan biaya produksi untuk memproduksi benih dasar kenaf Hc 48 per hektar di KP Asembagus Harga benih dasar kenaf Hc 48 di KP Asembagus Rp 2.974.000/1.200 kg =Rp2.478,33/kg atau dibulatkan Rp2.500. Diperkirakan bila mengusahakan benih sebar di daerah Asembagus akan menghasilkan 1.400
kg/ha dengan biaya Rp2.494.000,- sehingga harga benih sebar Hc 48 = Rp1.781,-/kg atau dibulatkan Rp1.800,-/kg. Bagi pengelola yang menginginkan benih dasar dari Balittas harus mengajukan rencananya satu tahun sebelum tanam. Perlu diingat bahwa benih dasar yang dihasilkan baru dapat menjadi benih sebarpada tahun ke-3 seperti alur pengadaan benih di bawah ini. Diperkirakan bila mengusahakan benih sebar di daerah Asembagus akan menghasilkan 1.400 kg/ha dengan biaya Rp2.494.000,- sehingga harga benih sebarHc 48 = Rp1.781,-/kg atau dibulatkan Rp1.800,-/kg.
c. Waktu Tanam Setempat
Tanaman kenaf tergolong tanaman hari pendek. Bila tanaman tersebut ditanam pada bulan-bulan dengan fotoperiode yang pendek, maka tanaman akan cepat berbunga, batang pendek, dan produktivitas seratnya rendah. Agar tanaman berbatang tinggi (> 2,5 m) dan berdiameter optimal (1,5 cm), maka pada fase vegetatif harus mendapat penyinaran yang panjang. Jadi selama pertumbuhan fase vegetatif tersebut diusahakan jatuh pada bulan yang mempunyai fotoperiode panjang. Oleh karena itu bulan tanam harus disesuaikan dengan ritme pergerakan bumi mengelilingi matahari. Untuk belahan bumi selatan maka bulan yang mempunyai fotoperiode panjang jatuh pada bulan Agustus-Oktober.Patokan waktu tanam untuk varietas tanaman serat karung disajikan pada Tabel

d. Populasi Tanaman Dan Jarak Tanam
Populasi dan jarak tanam tergantung dari tingkat kesuburan tanahnya. Pada umumnya populasi untuk TSK berkisar dari 250.000-330.000 tanaman/ha atau dengan jarak tanam (20 cm x 20 cm)-(20 cm x 15 cm) dengan satu tanaman tiap lubang. Tanaman serat karung yang dipanen adalah bagian vegetatifnya, agar produktivitasnya tinggi, maka tanaman harus berbatang tinggi dengan diameter besar. Tanaman yang berdiameter kecil ( < 10 mm) seratnya akan mudah hancur pada waktu retting (proses perendaman batang) dan bila diameternya terlabesar (> 22 mm), bagian bawah batang membutuhkan waktu retting yang lama atau sulit untuk diserat. Nurheru et al. (1990) telah memperoleh hubugan antara hasil serat dengan tinggi dan diameter batang kenaf Hc 48 pada 15 hari sebelum panen sebagai berikut:
Y = 0,7T 0,65 D11,43
Y adalah hasil serat untuk 100.000 batang dalam kg, T tinggi tanaman dalam cm, dan D1 diameter batang bagian bawah dalam mm (diukur + 10 cm dari permukaan tanah atau pangkal batang). Dalam praktek masih banyak dijumpai petani memelihara lebih dari dua tanaman/lubang. Hal ini mungkin disebabkan cara penanamannya dengan cara disebar. Rasa sayang petani untuk membuang tanaman yang berkelebihan masih melekat dan sulit untuk disadarkan. Alasnnya antara lain untuk berjagajaga bila ada pengaruh luar yang kurang baik (hama, penyakit, kerusakan lain), atau mungkin kurang tersedianya tenaga untuk mclakukan penjarangan sehingga jumlah tanaman masih tetap banyak.
e. Pemupukan
Pada dasarnya pemupukan untuk kenaf menganut sistem pemupukan berimbang, yaitu pemberian hara disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan tingkat kesuburan tanahnya. Menurut Ghosh (1978) panen serat varietas Hc 867 sebesar 1,7 ton/ha menyerap unsur hara 96 kg N, 26 kg P, 120 kg K, 137 kg Ca, dan 29 kg Mg. Dari hasil analisis tanah di wilayah pengembangan kenaf, unsur K, Ca, dan Mg umumnya tidak menjadi masalah atau cukup tersedia, sedang N dan P sering kekurangan, terutama unsure N. Hal ini sesuai dengan sifat tanaman kenaf. Karena yang dipanen bagian vegetatif berupa batang, maka tanaman kenaf sangat responsif terhadap pemupukan N. Pemberian 1/3 N pada umur 10 hari dimaksudkan untuk starter, karena sampai umur satu bulan laju pertumbuhan kenaf masih kecil. Laju pertumbuhan terbesar terjadi pada umur 30 hari sampai dengan umur 60 hari. Karena itu 213 N diberikan pada waktu kenaf berumur 30-35 hari. Pupuk N dapat pula diberikan tiga kali, yaitu pada umur 10, 30, dan 60 hari.
f. Panen Dan Penyeratan
Umur panen sangat mempengaruhi produktivitas dan kualitas serat. Umur panen yang optimal untuk kenaf yaitu bila 50% dari populasi sudah berbunga atau dapat ditunda sampai bunga yang kesepuluh mekar. Pada waktu mulai berbunga tanaman dalam Case generatif dan pertumbuhan vegetatif yang dicerminkan oleh aktivitas kambium mulai berhenti. Dalam Case vegetatif, kambium membentuk kulit dan sel-sel serat. Dalam fase generatif sudah tidak terjadi pembentukan serat. Bila panen terlambat atau kelewat masak, akan terjadi perombakan karbohidra~ serat untuk dikirimkan ke buah. Panen yang terlalu muda menghasilkan produktivitas dan kualitas yang rendah, meskipun warna seratnya putih. Sebaliknya panen yang terlalu tua (buah sudah mulai kering) kualitas seratnya rendah, serat menjadi rapuh karena meningkatnya kandungan lignin dan kekuatan serat juga turun Pemotongan batang hendaknya pada pangkal batang dekat permukaan tanah, karena kandungan serat yang paling tinggi terdapat pada sepertiga batang bagian bawah.
Perendaman batang atau kulit (retting)

Agar dapat diambil seratnya, maka batang berkulit atau kulit batang harus direndam dalam kolam perendaman. Dengan perendaman sel-sel serat dapat terlepas melalui proses mikrobiologis. Terlepasnya serat hanya dapat dilakukan karena adanya perombakan substansi yang mengelilingi sel serat oleh aktivitas bakteri. Bila. yang direndam seluruh batang, maka waktu yang diperlukan untuk perendaman adalah 14-20 Hari. Bila yang direndam banya kulitnya, waktu perendaman hanya 7-10 hari saja. Untuk melepaskan kulit dari kayu kenaf digunakan alat pengelupas kulit atau ribboner. Proses penyeratan dan perendaman batang merupakan pekerjaan yang sangat banyak membutuhkan tenaga dan biaya. Umumnya kemampuan petani untuk menyerat adalah 15-20 kg serat kering/ha/orang. Selain memerlukan banyak tenaga, pekerjaan menyerat dirasakan se bagai pekerjaan yang kurang nyaman karena berhadapan. dengan proses pembusukan kulit oleh kegiatan mikroba yang menghasilkan aroma yang kurang sedap.
Serat akan meneapaigrade A apabila ketentuan sebagai berikut dapat dipenuhi:
a. Perendaman ditempatkan pada kolam-kolam rendaman yang airnya mengalir secara per lahan-lahan. Batang harus berada di bawah permukaan air. Sebagai pemberat batang agar terendam air digunakan bahan-bahan yang tidak mempengaruhi kualitas.
b. Batang pisang tidak baik sebagai bahan pemberat karena mengandung senyawa tanin yang dapat menyebabkan serat berwarna hitam. Juga bahan mengandung Fe perlu dihindari karena Fe menyebabkan warna serat menjadi hitam.
c. Merendam batang yang mempunyai ukuran relatif sama agar diperoleh waktu masak yang seragam.
d. Diameter ikatan batang yang direndam jangan melebihi 20 cm karena bila terlalu besar bagian dalam memerlukan waktu masak lebih lama.
e. Kedalaman kolam rendaman kurang lebih 100 cm
Pemberian Urea ke dalam kolam perendaman dapat mempersingkat waktu retting dan meningkatkan kualitas serat. Dosis Urea untuk setiap 1.000 kg batang yang direndam adalah 0,1 kg (Adjie, 2007).






















DAFTAR PUSTAKA


Adjie, 2007. Budidaya Khenaf. Jurnal Balai Penelitian Tanaman tembakau dan Serat. Malang. Diakses 18 April 2011.

Berger, J. 1969. The world's major fiber crops, their cultivation and manuring. Centre D'Etude Del Azote 6, Zurich.

Dempsey, J.M. 1963. Long vegetable fiber development in South Vietnam and Other Asian Countries. USOM-Saigon. Disbun TIt. I Jawa 1imur. 1992. Laporan evaluasi Program ISKARA 1991/1992.Surabaya.

Ghosh, T. 1978. Jute manual. Agric. Res. lost. Yesin. Burma.

Iswindiyono, S. dan A Sastrosupadi. 1987. Pengaruh interval pemberian air pada tenaf dan jute terbadap pertumbuhan.Skripsi SI Rttultas Pertanian, UPN "Veteran" Sufabaya.

Nurheru, A. Chandra Setiawan, dan A Sastrosupadi. 1990. Studi pendahuluan pendugaan produksi serat tenaf Hc 48 berdasarkan tinggi tanaman dan diameter batang. PTTS 5(2): 132-138.

Sastrosupadi, A. 1989. Hasil-basil penetitian serat batang selama Pelita IV. Prosiding Simposium I Hasil Penelitian dan Pengembangan Thnaman Industri, Bogor.

Sinha, M.K. and M.K Guharoy. 1987. Production technologies for jute and allied fibers. JARI, Barrack pore, West Bengal.